WagonNews – Anggota Kongres Amerika Serikat yang memiliki pandangan keras terhadap Tiongkok kini menyoroti para raksasa dalam dunia produksi peralatan semikonduktor. Nama-nama besar seperti KLA, LAM, Applied Materials, Tokyo Electron, dan ASML diminta untuk membuka informasi terkait penjualan mereka ke Tiongkok.
Dalam surat yang dikirim pada Kamis, politisi Republik John Moolenaar dan politisi Demokrat Raja Krishnamoorthi menyampaikan kekhawatiran mereka mengenai penjualan peralatan canggih ke Tiongkok, di tengah isu yang terus berkembang mengenai kebijakan pembatasan ekspor. Permintaan ini muncul bersamaan dengan meningkatnya tekanan dari berbagai kalangan yang berusaha menghindari dampak lebih besar pada perusahaan-perusahaan AS yang berpotensi terkena imbas dari aturan baru tersebut.
“Kami memahami bahwa beberapa produsen peralatan mungkin merasa bahwa pembatasan lebih lanjut pada ekspansi kontrol ekspor unilateral AS dapat berdampak negatif pada daya saing industri ini,” tulis kedua politisi tersebut. “Namun, penguatan kontrol ekspor tidak bertentangan dengan pertumbuhan dan kesuksesan industri pembuat peralatan semikonduktor,” tambah mereka dalam surat itu.
Para perusahaan besar seperti KLA, LAM, dan Applied Materials yang berbasis di AS, serta Tokyo Electron dari Jepang dan ASML dari Belanda, belum memberikan tanggapan resmi terhadap surat permintaan dari anggota Kongres AS tersebut.
Tantangan Kebijakan Ekspor dan Tekanan dari Industri dalam Negeri
Surat tersebut muncul di tengah perlawanan dari beberapa anggota partai Demokrat terhadap rencana pemerintahan Biden untuk memperketat kontrol ekspor dalam putaran aturan baru yang ditunda-tunda selama ini. Pemerintah AS dikabarkan semakin waspada dengan peningkatan teknologi semikonduktor Tiongkok yang terus berkembang, terutama dengan adanya dukungan penjualan peralatan dari perusahaan-perusahaan AS, Belanda, dan Jepang. Teknologi tersebut dianggap berpotensi mempercepat kemajuan militer Tiongkok, yang memicu kekhawatiran besar di Washington.
Namun, tantangan tak berhenti di situ. Pemerintah AS masih berjuang mendapatkan dukungan dari sekutu mereka, seperti Jepang dan Belanda, untuk menerapkan kebijakan ekspor yang lebih ketat ini. Ketidakharmonisan antara kebijakan AS dan negara sekutu membuat banyak pihak di industri semikonduktor dalam negeri khawatir jika kebijakan yang diterapkan hanya membebani perusahaan-perusahaan AS, sementara perusahaan dari negara lain tidak terkena dampak yang sama.
Pergesekan di Tengah Kepentingan Ekonomi dan Keamanan Nasional
Kebijakan kontrol ekspor peralatan semikonduktor menjadi isu besar yang memecah belah pandangan antara keamanan nasional dan kepentingan ekonomi. Di satu sisi, pemerintah AS berupaya menjaga kepentingan keamanan nasional dengan membatasi akses Tiongkok terhadap teknologi canggih, terutama yang berpotensi memperkuat kemampuan militer. Di sisi lain, perusahaan-perusahaan AS yang memproduksi peralatan semikonduktor khawatir bahwa pembatasan yang ketat dapat mengganggu daya saing global mereka.
Peralatan yang digunakan dalam pembuatan chip semikonduktor, seperti yang dihasilkan oleh perusahaan seperti KLA, LAM, dan ASML, memainkan peran vital dalam perkembangan teknologi tinggi, dan pasar Tiongkok menjadi salah satu pasar terbesar bagi perusahaan-perusahaan ini. Pembatasan ekspor yang terlalu ketat dapat mengakibatkan perusahaan-perusahaan ini kehilangan pangsa pasar dan bahkan memberi ruang bagi kompetitor dari negara lain yang mungkin tidak dibatasi oleh kebijakan ekspor yang sama.
Seorang juru bicara dari salah satu perusahaan peralatan semikonduktor AS yang tidak disebutkan namanya mengatakan, “Industri ini telah lama menjadi sektor yang sangat kompetitif, dan kehilangan akses ke pasar besar seperti Tiongkok tentu berdampak signifikan pada posisi kami di tingkat global.”
Pengaruh Kebijakan terhadap Hubungan dengan Negara Sekutu
Amerika Serikat sebelumnya telah mendorong negara-negara sekutunya, seperti Belanda dan Jepang, untuk turut memperketat kebijakan ekspor mereka dalam rangka membatasi akses Tiongkok terhadap teknologi yang dapat memperkuat kemajuan militer mereka. Namun, implementasi kebijakan ini tidak berjalan mulus, dengan sekutu AS merasa terbebani dan mempertimbangkan dampak ekonomi dari kebijakan tersebut terhadap industri dalam negeri mereka.
Jepang, melalui Tokyo Electron yang merupakan salah satu produsen peralatan semikonduktor terkemuka, telah menegaskan kepentingan mereka untuk melindungi daya saing industri dalam negeri. Begitu pula dengan Belanda yang memiliki perusahaan raksasa seperti ASML yang menguasai pangsa besar di pasar internasional. Beberapa pihak dalam pemerintahan AS bahkan khawatir bahwa kegagalan untuk mendapatkan dukungan penuh dari sekutu akan membuat kebijakan tersebut tidak efektif dan lebih merugikan perusahaan-perusahaan AS daripada memperkuat posisi keamanan nasional.
Ketegangan yang Terus Meningkat antara AS dan Tiongkok dalam Sektor Teknologi
Persaingan antara AS dan Tiongkok dalam sektor teknologi bukanlah hal baru. Keduanya saling berlomba untuk menjadi pemimpin dalam industri teknologi tinggi, dan teknologi semikonduktor adalah salah satu medan pertempuran utama. Tiongkok telah membuat langkah besar dalam mengembangkan kemampuan chip mereka sendiri, meski masih membutuhkan peralatan canggih yang diproduksi oleh perusahaan AS dan sekutunya.
Di sisi lain, AS tetap berkomitmen untuk membatasi akses Tiongkok terhadap teknologi sensitif yang dianggap dapat mendukung kemampuan militer mereka. Selain kebijakan ekspor, Amerika Serikat juga telah memberlakukan larangan pada beberapa produk buatan Tiongkok, yang semakin memperkeruh hubungan perdagangan antara kedua negara.
Moolenaar dan Krishnamoorthi dalam surat mereka menekankan bahwa kepentingan ekonomi jangka panjang tidak seharusnya mengabaikan faktor keamanan nasional. Mereka juga menyebut bahwa kebijakan kontrol ekspor yang ketat harus tetap sejalan dengan kepentingan strategis AS dan dapat memberikan dorongan bagi industri domestik untuk lebih berinovasi tanpa ketergantungan besar pada pasar luar.
Bagaimana Masa Depan Industri Semikonduktor?
Keputusan-keputusan terkait ekspor semikonduktor memiliki implikasi jangka panjang yang kompleks. Banyak pengamat menilai bahwa industri ini akan terus mengalami perubahan yang signifikan, terutama jika negara-negara besar terus menerapkan kebijakan yang berdampak pada akses pasar. Hal ini mungkin mendorong Tiongkok untuk lebih mempercepat pengembangan teknologi dalam negeri, sementara perusahaan-perusahaan AS mungkin perlu mempertimbangkan strategi baru untuk mengurangi ketergantungan pada pasar yang terpengaruh oleh kebijakan kontrol.
Dengan ketegangan geopolitik yang kian meningkat, industri teknologi canggih, terutama semikonduktor, tampaknya akan terus menjadi pusat perhatian. Bagi para pelaku industri, kebijakan yang seimbang antara keamanan nasional dan kepentingan ekonomi global tetap menjadi tantangan utama.
Di tengah kondisi ini, para pengamat berharap agar pemerintah AS dan sekutunya dapat merumuskan kebijakan yang tidak hanya melindungi keamanan nasional tetapi juga menjaga posisi industri semikonduktor dalam persaingan global.