WagonNews, Jakarta – Sebuah laporan terbaru dari Chainalysis mengungkapkan fakta menarik mengenai perlambatan adopsi kripto Stablecoin di Amerika Serikat (AS) pada 2024 dibandingkan dengan pasar global lainnya. Kondisi ini menjadi sorotan karena AS, yang selama ini menjadi pusat aktivitas kripto, tampak mulai kehilangan momentum di bidang ini.
Dalam laporan yang dilansir Cointelegraph pada Minggu, 20 Oktober 2024, Chainalysis mencatat adanya pergeseran signifikan dalam penggunaan Stablecoin di AS. Tahun ini, pangsa transaksi Stablecoin di bursa kripto yang diatur oleh AS turun drastis, dari sekitar 50% pada 2023 menjadi kurang dari 40% pada 2024. Sebaliknya, platform yang beroperasi di luar regulasi AS justru mengalami lonjakan besar, menembus angka 60% pada 2024.
Adopsi Stablecoin yang Berubah di Luar AS
Meski ada penurunan persentase aktivitas Stablecoin di dalam negeri, laporan Chainalysis menekankan bahwa fenomena ini bukan berarti aktivitas Stablecoin di AS menurun secara drastis. Sebaliknya, perubahan ini lebih menunjukkan bahwa Stablecoin semakin diadopsi oleh pasar negara berkembang dan negara-negara dengan yurisdiksi non-AS.
Chainalysis menyebutkan bahwa permintaan untuk Stablecoin di luar AS meningkat pesat. Aset yang didukung oleh dolar AS, seperti Stablecoin, semakin diminati di negara-negara dengan akses terbatas terhadap mata uang stabil. Hal ini terutama terjadi di kawasan yang sedang berkembang, di mana volatilitas mata uang lokal mendorong masyarakat mencari alternatif yang lebih stabil.
Laporan tersebut juga menunjukkan bahwa lebih dari USD 1 triliun dalam bentuk uang kertas dolar AS, atau sekitar setengah dari seluruh uang dolar yang beredar, disimpan di luar negeri pada akhir 2022. Data ini mencerminkan ketergantungan yang besar pada dolar AS, bahkan di luar wilayah AS.
Stablecoin sebagai Alternatif di Pasar Global
Meningkatnya penggunaan Stablecoin di luar AS menggambarkan sebuah tren yang lebih luas dalam dunia keuangan global. Pasar internasional semakin mengandalkan Stablecoin yang didukung oleh dolar AS, baik sebagai penyimpan nilai maupun sebagai alat transaksi yang lebih efisien dan murah. Di banyak negara, Stablecoin dianggap sebagai solusi untuk menghindari fluktuasi nilai tukar yang tidak stabil, terutama di negara berkembang.
CEO Tether, Paolo Ardoino, menguatkan temuan ini ketika berbicara dengan Cointelegraph pada awal Oktober 2024. Ia mengungkapkan bahwa permintaan tertinggi untuk Stablecoin saat ini berasal dari negara-negara seperti Argentina, Turki, dan Vietnam, bukan dari AS. Hal ini menunjukkan bahwa Stablecoin semakin diminati di negara-negara yang mengalami masalah inflasi tinggi atau ketidakstabilan ekonomi.
Ketidakpastian Regulasi di AS
Salah satu faktor utama yang dianggap mempengaruhi keterlambatan AS dalam adopsi Stablecoin adalah ketidakpastian regulasi di negara tersebut. Chainalysis menyoroti bahwa kerangka regulasi yang belum jelas di AS terkait dengan kripto, khususnya Stablecoin, menjadi salah satu penyebab utama AS tertinggal dalam persaingan global.
Sebagai contoh, Circle, salah satu perusahaan besar yang mengelola Stablecoin, mencatat bahwa regulasi kripto yang belum terdefinisi dengan baik di AS telah membuka peluang bagi negara-negara lain seperti Eropa dan Uni Emirat Arab untuk menjadi pusat keuangan baru yang menarik proyek-proyek Stablecoin. Lingkungan regulasi yang lebih ramah di kawasan tersebut membuatnya lebih mudah bagi pengembang Stablecoin untuk beroperasi, sementara AS masih bergulat dengan ketidakpastian hukum.
Tekanan terhadap Pembuat Kebijakan AS
Sementara negara-negara lain terus mengembangkan kerangka regulasi yang mendorong adopsi Stablecoin, para pembuat kebijakan di AS menghadapi tekanan yang semakin besar untuk bertindak. Chainalysis memperingatkan bahwa jika AS tidak segera memperjelas posisinya terkait regulasi Stablecoin, negara ini berisiko semakin tertinggal dari pesaing internasional dalam hal inovasi keuangan digital.
Secara keseluruhan, laporan Chainalysis menyoroti tantangan yang dihadapi AS dalam mengimbangi kemajuan global dalam adopsi Stablecoin. Meskipun AS masih menjadi pusat penting dalam ekosistem kripto, perubahan signifikan dalam pasar global menunjukkan bahwa negara ini perlu bergerak cepat untuk menjaga daya saingnya di sektor yang berkembang pesat ini.
Dengan permintaan Stablecoin yang terus meningkat di pasar internasional dan negara berkembang, pertanyaan besar yang harus dijawab oleh AS adalah apakah mereka siap untuk beradaptasi dengan dinamika baru ini. Regulasi yang jelas dan mendukung inovasi mungkin menjadi kunci untuk mencegah AS semakin tertinggal di arena global kripto.
Kesimpulan
Dalam menghadapi tantangan global di dunia kripto, terutama dalam adopsi Stablecoin, Amerika Serikat tampaknya sedang berada di persimpangan. Faktor ketidakpastian regulasi dan peningkatan penggunaan Stablecoin di luar negeri, khususnya di negara-negara berkembang, semakin menunjukkan pentingnya peran mata uang digital ini dalam ekonomi global.
Namun, untuk dapat bersaing di pasar global yang semakin dinamis, AS perlu mempercepat pembentukan regulasi yang lebih jelas dan mendukung inovasi. Jika tidak, mereka mungkin akan kehilangan posisinya sebagai salah satu pemimpin di sektor keuangan digital dunia.
Disclaimer: Semua keputusan investasi berada di tangan pembaca. WagonNews tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian yang mungkin timbul dari keputusan investasi yang diambil. Pelajari dan analisis terlebih dahulu sebelum membeli atau menjual aset kripto.