WagonNews, Jakarta – Pada Rabu, 9 Oktober 2024, dana yang diperdagangkan di bursa (ETF) Bitcoin spot di Amerika Serikat mengalami penurunan yang mencolok, dengan total arus keluar bersih mencapai USD 18,66 juta, setara dengan sekitar Rp 293,4 miliar (dengan asumsi kurs Rp 15.725 per dolar AS).
Laporan dari Coinmarketcap yang dirilis pada Kamis (10/10/2024) mengungkapkan bahwa berdasarkan data dari SoSoValue, ETF FBTC Fidelity menjadi penyumbang utama arus keluar ini, dengan USD 48,82 juta yang keluar dari dana tersebut. Di sisi lain, GBTC Grayscale, yang merupakan ETF Bitcoin spot terbesar kedua berdasarkan aset bersih, juga mencatatkan arus keluar sebesar USD 9,41 juta setelah sebelumnya tidak mengalami arus keluar pada hari sebelumnya.
Meskipun demikian, tidak semua ETF Bitcoin mengalami kondisi negatif. IBIT BlackRock, ETF Bitcoin spot terbesar, mencatatkan arus masuk sebesar USD 39,57 juta. Sementara itu, sembilan ETF lainnya tidak mengalami arus keluar sama sekali.
Walaupun arus keluar terjadi, volume perdagangan keseluruhan untuk 12 ETF Bitcoin spot mencapai USD 1,35 miliar pada hari Selasa, naik dari USD 1,22 miliar pada hari Senin. Ini menunjukkan bahwa minat investor terhadap aset ini tetap tinggi.
Kinerja Buruk Juga Terjadi di ETF Ethereum
Arus keluar yang signifikan tidak hanya terjadi pada ETF Bitcoin. ETF Ethereum spot di AS juga mencatatkan arus keluar bersih sebesar USD 8,19 juta pada hari Selasa, setelah sebelumnya tidak ada arus keluar pada hari Senin.
Bitwise ETHW mengalami arus keluar terbesar, dengan USD 4,54 juta, sementara FETH Fidelity juga mencatatkan arus keluar sebesar USD 3,65 juta. Namun, tujuh ETF Ether spot lainnya tidak mengalami arus keluar sama sekali.
Total volume perdagangan dari sembilan ETF Ethereum menyusut menjadi USD 102,37 juta pada hari Selasa, dibandingkan dengan USD 118,43 juta pada hari sebelumnya. Fluktuasi di pasar ETF Bitcoin dan Ethereum spot ini terjadi di tengah ketidakstabilan yang melanda pasar kripto secara keseluruhan.
Penurunan Harga Bitcoin dan Ethereum Menyebabkan Likuidasi Hingga Rp 3 Triliun
Sebelumnya, baik Bitcoin maupun Ethereum mengalami penurunan harga yang drastis, menjadikan posisi terendah dalam sebulan terakhir. Data dari Coinmarketcap menunjukkan bahwa Bitcoin turun hingga mencapai level USD 55.000, setara dengan Rp 851,6 juta pada Rabu, 4 September 2024. Ethereum juga mengalami penurunan, menembus USD 2.373, atau setara dengan Rp 36,7 juta.
Berdasarkan laporan dari Cryptopotato pada Kamis (5/9/2024), penurunan ini mengakibatkan likuidasi senilai sekitar USD 200 juta, yang jika dirupiahkan setara dengan Rp 3 triliun, bagi para pedagang yang terjebak dalam posisi leverage berlebihan. Posisi tunggal yang paling merugikan bernilai hampir USD 3 juta.
Meskipun terjadi sedikit kenaikan harga pada Selasa, di mana sebagian besar aset seperti BTC mendekati USD 60.000 untuk pertama kalinya dalam beberapa hari dan ETH mencapai USD 2.550, situasi pasar berbalik pada Rabu dengan meningkatnya ketakutan di pasar saham AS. Altcoin juga mengalami kerugian signifikan; TON kehilangan 8 persen nilainya, NEAR turun 7 persen, sementara ADA, SOL, dan AVAX turun 6 persen.
Akibatnya, lebih dari 73.000 pedagang dengan posisi leverage berlebihan mengalami kebangkrutan dalam sehari terakhir, dengan total nilai posisi yang dilikuidasi mendekati USD 200 juta, menurut data dari CoinGlass. Likuidasi terbesar tercatat pada koin kripto Binance, dengan nilai hampir USD 3 juta pada pasangan perdagangan ETH-USDT.
Lonjakan Volume Perdagangan Ethereum di Tengah Kejatuhan Pasar Kripto
Pada Rabu, 28 Agustus 2024, pasar aset kripto mengalami kejatuhan besar, di mana banyak mata uang kripto teratas mencatatkan penurunan harga yang sangat signifikan. Mengacu pada laporan dari CoinGlass, hampir USD 333 juta hilang dari pasar kripto dalam 24 jam terakhir, setara dengan Rp 5,14 triliun dengan estimasi kurs Rp 15.440 per dolar AS.
Dari jumlah tersebut, sekitar USD 272 juta dilikuidasi, karena mayoritas pedagang berada dalam posisi long menjelang kejatuhan. Harga Ethereum, sebagai koin terbesar kedua setelah Bitcoin, juga mengalami penurunan dari sekitar USD 2.659 menjadi USD 2.421 dalam waktu 12 jam.
Ethereum mencatat total likuidasi lebih dari USD 105 juta dalam 24 jam terakhir, dengan hampir USD 94 juta berasal dari posisi long yang dilikuidasi. Namun, harga ETH telah menunjukkan sedikit pemulihan setelah kejatuhan tersebut, dengan saat ini diperdagangkan pada USD 2.516, meskipun masih mengalami penurunan 4,8% dalam sehari terakhir.
Kapitalisasi pasar Ethereum juga mengalami penurunan sebesar 4,69% menjadi USD 302,97 miliar selama periode ini. Meskipun masih terdapat ketidakpastian di pasar, tampaknya ETH sedang dalam proses pemulihan.
Tanda Positif Muncul di Pasar Ethereum
Di tengah kondisi pasar yang negatif, tampaknya para pedagang ETH mengambil peluang untuk membeli saat harga turun, memberikan momentum positif pada pasar. Ini terlihat dari pemulihan harga Ethereum yang sedikit terjadi.
Data dari CoinGlass menunjukkan bahwa volume perdagangan ETH selama 24 jam telah melonjak 100,91% menjadi USD 38,93 miliar. Selain itu, volume opsi untuk koin tersebut meningkat 96,18% menjadi USD 874,02 juta, menunjukkan bahwa aktivitas perdagangan sangat tinggi, dengan mayoritas aksi beli menyusul meredanya tekanan jual.
Dengan mempertimbangkan situasi ini, penurunan terbaru mungkin dipandang sebagai fase koreksi, dan ada kemungkinan Ethereum akan bangkit kembali dari kondisi saat ini.
*Disclaimer: Semua keputusan investasi berada di tangan pembaca. WagonNews tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian yang mungkin timbul dari keputusan investasi yang diambil. Pelajari dan analisis terlebih dahulu sebelum membeli atau menjual aset kripto.