WagonNews, Jakarta – Pendiri platform pertukaran mata uang kripto terbesar, Binance, Changpeng Zhao (CZ), akhirnya menghirup udara kebebasan pada Jumat, 27 September 2024. Pembebasan ini berlangsung dua hari lebih awal dari yang direncanakan, yaitu 29 September 2024.
Alasan di balik pembebasan lebih awal ini adalah ketentuan dari Biro Penjara Federal di Departemen Kehakiman Amerika Serikat (AS), yang mengizinkan narapidana untuk dibebaskan pada hari kerja jika tanggal pembebasan mereka jatuh pada akhir pekan atau hari libur nasional.
“Kecuali dalam situasi di mana narapidana harus ditahan untuk yurisdiksi lain yang menuntut hak asuh, atau jika terdapat alasan kuat lainnya yang mengharuskan penundaan pembebasan hingga tanggal yang dijadwalkan,” demikian bunyi pernyataan dari The US Department of Justice’s Federal Bureau of Prisons, yang dilansir dari CoinDesk.
Menyambut pembebasan ini, seorang juru bicara Binance menyampaikan apresiasi mereka, meskipun Zhao tidak lagi terlibat langsung dalam operasional perusahaan.
“Kami sangat antusias untuk melihat langkah berikutnya yang akan diambilnya. Binance sendiri terus berkembang pesat di bawah pimpinan tim kami saat ini, dengan jumlah pengguna yang telah melampaui 230 juta di seluruh dunia,” ungkapnya.
Changpeng Zhao, yang sempat memegang predikat sebagai orang terkaya di balik jeruji besi, memiliki kekayaan pribadi yang mencapai USD 60 miliar, atau sekitar Rp 907,5 triliun.
Hukuman empat bulan penjara yang dijatuhkan kepada Zhao pada April 2024 merupakan akibat dari pengakuan bersalahnya atas pelanggaran Undang-Undang Kerahasiaan Bank. Zhao dinyatakan gagal dalam menyiapkan program kenali nasabah (KYC) yang memadai di Binance.
Setelah menjalani hukuman selama 116 hari, Zhao akhirnya menghabiskan sisa waktunya di Lompoc II, sebuah penjara dengan keamanan rendah di pantai tengah California. Pada akhir Agustus 2024, ia dipindahkan ke rumah singgah di San Pedro, California.
Meningkatkan Manajemen Dokumen, Kota di India Adopsi Teknologi Blockchain
Di sisi lain dunia, Kota Ahmedabad di India sedang melakukan langkah besar dalam modernisasi dengan mengadopsi teknologi blockchain untuk manajemen dokumen penting.
Menurut laporan dari Coinmarketcap, Senin (16/9/2024), Pemerintah Kota Ahmedabad (AMC) sedang dalam proses mencari mitra teknologi untuk mengembangkan sistem berbasis blockchain yang bertujuan untuk memodernisasi pengelolaan dokumen seperti akta kelahiran, akta kematian, dan Sertifikat Tidak Keberatan (NOC) kebakaran.
Inisiatif ini bertujuan untuk menghilangkan proses manual yang selama ini menghambat efisiensi dan kepercayaan dalam verifikasi dokumen.
Dengan sistem blockchain yang terdesentralisasi, dokumen akan lebih aman dan otentik, terutama dalam transaksi yang melibatkan Hak Pengembangan yang Dapat Ditransfer (TDR), yang sering kali kompleks.
Teknologi ini juga akan mengurangi risiko penipuan dan menyederhanakan operasi, sehingga pengguna lebih mudah dalam mengakses dan memverifikasi dokumen mereka.
Langkah ini diyakini akan menjadi perubahan besar bagi properti warisan di Ahmedabad, di mana TDR telah dimanfaatkan untuk inisiatif konservasi dan pembangunan kembali.
Selain itu, AMC juga merencanakan untuk mengotomatiskan proses, meningkatkan keamanan otentikasi pengguna, dan mengintegrasikan catatan sejarah dengan dokumen digital yang lebih modern.
Keputusan untuk memanfaatkan blockchain menempatkan Ahmedabad sebagai pelopor dalam penggunaan teknologi canggih untuk meningkatkan layanan publik, serta menjadi model bagi kota-kota lain di India.
Laporan Terbaru: 96% Proyek NFT Dinilai Gagal
Dalam laporan yang mengejutkan, nftevening mengungkapkan kondisi pasar Non Fungible Token (NFT) yang semakin mengkhawatirkan, dengan 96 persen dari seluruh NFT yang kini dianggap mati. Laporan ini menunjukkan tingginya tingkat kegagalan di antara pemegang NFT dan umur pendek sebagian besar proyek NFT.
Dilansir dari Bitcoin.com pada Kamis (5/9/2024), disebutkan bahwa 96 persen dari NFT kini dianggap mati, yang berarti tidak ada volume perdagangan, tidak terjual dalam waktu minimal 7 hari, dan hampir tidak ada aktivitas di platform media sosial seperti X.
Pengungkapan ini menyoroti volatilitas pasar dan ketidakpastian yang meliputi banyak proyek NFT. Lebih jauh, laporan tersebut juga menyoroti beban finansial yang dihadapi oleh para investor NFT, di mana lebih dari 43 persen pemegang saham mengalami kerugian.
Rata-rata, investor mengalami penurunan nilai investasi sebesar 44,5 persen. Umur rata-rata NFT kini hanya sekitar 1,14 tahun, yang jauh lebih pendek dibandingkan dengan proyek aset kripto tradisional.
Laporan dari nftevening.com juga menampilkan kontras yang tajam dalam hal profitabilitas antara berbagai koleksi NFT. Beberapa proyek, seperti koleksi Azuki, berhasil tumbuh pesat berkat dukungan komunitas yang kuat dan strategi pemasaran yang cerdas, sementara yang lain, seperti koleksi Pudgy Penguins, mengalami penurunan nilai sebesar 97 persen.