Jakarta – Pada Minggu, 15 September, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bersama dengan mitra-mitra globalnya menyusun strategi distribusi vaksin, tes, dan pengobatan untuk mpox kepada masyarakat yang paling rentan di negara-negara miskin. Langkah ini terinspirasi dari pendekatan yang dilakukan selama pandemi COVID-19. WHO juga memberikan persetujuan untuk vaksin pertama yang ditujukan melawan penyakit ini yang berkembang pesat.
Langkah-langkah tersebut diharapkan dapat mempermudah akses negara-negara di Afrika yang terdampak, terutama setelah varian baru mpox mulai menyebar dari Republik Demokratik Kongo ke negara-negara sekitarnya. WHO telah menyatakan bahwa wabah ini merupakan darurat kesehatan global.
“Vaksin, terapi, dan diagnostik, bersama dengan inisiatif kesehatan masyarakat lainnya, merupakan komponen vital dalam mengatasi wabah mpox di Afrika,” ujar Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO.
Negara-negara seperti Eropa, Amerika Serikat, dan Jepang telah berkomitmen untuk mendonasikan 3,6 juta dosis dari dua vaksin utama sebagai upaya melawan mpox.
Pada hari yang sama, WHO mengumumkan persetujuan vaksin Bavarian Nordic, yang di Amerika Serikat dikenal sebagai Jynneos. Selain itu, WHO juga sedang mempertimbangkan vaksin LC16, yang diproduksi oleh perusahaan Jepang, KM Biologics.
Persetujuan ini, yang disebut prakualifikasi, memungkinkan badan-badan PBB untuk membeli vaksin tersebut dan membantu mengoordinasikan donasi. Aliansi Gavi juga berperan dalam pendanaan pembelian vaksin untuk negara-negara berpenghasilan rendah, dengan dana hingga $500 juta yang dialokasikan untuk melawan mpox.
Kritik atas Keterlambatan
Meskipun vaksin Bavarian Nordic sudah digunakan sejak 2022 secara global, WHO mendapat kritik karena dianggap lambat dalam memberikan akses terhadap vaksin mpox. Proses resmi baru dimulai pada Agustus 2023. Harga vaksin yang mencapai $100 per dosis serta kemunculan wabah penyakit lain turut memperlambat distribusi, khususnya di negara-negara yang paling terdampak seperti Kongo.
Dimie Ogoina, Ketua Komite Darurat Mpox WHO, menegaskan bahwa meskipun vaksin merupakan alat penting, ia bukanlah solusi ajaib. “Bukti yang kami miliki saat ini menunjukkan pentingnya memanfaatkan vaksin untuk melindungi populasi,” ucap Ogoina.
Penggunaan Vaksin di Luar Indikasi Resmi
Vaksin Bavarian Nordic dirancang untuk melindungi orang dewasa berusia 18 tahun ke atas dari cacar, mpox, dan virus ortopox lainnya. Namun, dalam situasi wabah, vaksin ini juga dapat digunakan secara “off-label” untuk anak-anak, ibu hamil, dan individu dengan sistem kekebalan lemah, karena manfaat vaksinasi dianggap lebih besar daripada risikonya. Vaksin LC16 bahkan telah disetujui oleh regulator Jepang untuk digunakan pada anak-anak, meskipun memerlukan jarum khusus.
Anak-anak merupakan kelompok paling rentan terhadap infeksi mpox, yang menyebabkan gejala mirip flu dan lesi kulit berisi nanah. Kelompok dengan kondisi kekebalan lemah, seperti pengidap HIV, juga sangat berisiko terkena komplikasi serius akibat penyakit ini.